Sebenarnya sudah lama aku ingin membelikan sebuah cincin emas untuk mamah. Keinginan ini muncul saat aku melihat jari mamah tanpa perhiasan selain cincin kawin. Bukan karena tidak memiliki, tetapi karena mamah tidak ingin menggunakan perhiasan yang berlebihan.
Untuk memenuhi keinginanku itu akupun memutuskan untuk menabung. Sedikit demi sedikit uang jajanku serta sebagian uang gaji yang aku dapatkan dari bekerja sebagai part-timer di salah satu bagian di Universitas Gunadarma. Sebulan, dua bulan, tiga bulan hingga empat bulan uangku pun sudah mulai terkumpul. Hingga akhirnya uangku cukup untuk membelikan sebuah cincin untuk mamah.
Saat cincin sudah terbeli, aku pun dengan bangga memberikannya kepada mamah. Tapi entah kmengapa saat mamah menerima cincin dariku dia tampak sedih dan sedikit meneteskan air matanya. Aku pun bertanya “ mamah kenapa kok nangis? Gak suka ya? “. Dengan sesenggukan mamah menjawab pertanyaanku itu “ mamah suka kok tapi kamu gak perlu beliin mamah cincin segala, lebih baik uangnya kamu tabung untuk masa depan kamu “. Dengar jawaban mamah seperti itu akupun ikut meneteskan air mata sambil berkata “ cincin itu buat mamah, itu sebagai ucapan terimakasih aku ke mamah yang udah ngerawat aku sampai sekarang, masalah uang masih bisa dicari tapi kebahagiaan mamah sulit untuk dicari. Jadi mamah terima ya.. “. Mamah pun berkata “ Iya mamah terima, terimakasih ya semoga ALLAH SWT membalas kebaikanmu nak, dan memberikan ridho-Nya.. aamiin “
Dari pengalamanku tersebut aku bisa mengambil kesimpulan bahwa sebesar apapun materi yang kita beri ke ibu tidak akan bisa membayar semua kasih sayang yang beliau berikan ke kita, hal ini karena ibu tidak pernah meminta bayaran sedikitpun akan kasih sayang yang telah beliau berikan.