Minggu, 31 Oktober 2010

DIKSI


Pada tulisan saya kali ini, saya akan mengupas tuntas tentang DIKSI. So check it out !!
PENGERTIAN DIKSI
            Dalam KBBI (Kongres Besar Bahasa Indonesia) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
            Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bias saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bias saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.
            Menurut Gorys Keraf (2002), pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menentukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.


 FUNGSI DIKSI
Adapun fungsi diksi dalam penggunaannya antara lain :
a.       Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b.      Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, atau tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
c.       Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d.      Menciptakan suasana yang tepat.
e.       Mencegah perbedaan penafsiran.
f.        Mencegah salah pemahaman.
g.       Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

KETETAPAN DAN KETERSEDIAAN DIKSI
            Pemakaian kata mencakup dua masalah pokok yaitu ketepatan dan kesesuaian.
·        Ketepatan ialah hal yang menyangkut makna, logika, dan kesamaan maksud.
·        Kesesuaian yaitu kecocokan dengan konteks sosial; apakah kata-kata yang dipilih atau dipakai dapat diterima oleh masyarakat, pendengar atau pembaca. Terutama yang lebih penting adalah; apakah pilihan kata yang kita pakai sudah merupakan pilihan kata yang baku.
Seandainya kita dapat memilih kata dengan tepat, maka tulisan atau pembicaraan kita akan mudah menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar. Utnuk mengetahui tepat tidaknya kata-kata yang kita gunakan, bisa dilihat dari reaksi orang yang menerima pesan kita, baik yang disampaikan secara lisan maupun tulisan.
Agar dapat memilih kata-kata yang tepat, maka ada beberapa syarat yang harus diperhatikan berikut ini :
a.       Harus bisa membedakan secara cermat kata-kata denotatif dan konotatif ; bersinonim dan hamper bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya, seperti koorperasi-korporasi; interfensi-interferensi.
b.      Hindari kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata orang terkenal yang belum diterima di masyarakat.
c.       Waspadalah dalam menggunakan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing, seperti : kultur-kultural, biologi-biologis, idom-idiomatik, strategi-strategis.
d.      Kata-kata yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatic, seperti kata ingat harus ingat akan bukan ingat terhadap.
e.       Kita harus membedakan kata khusus dan kata umum.
f.        Kita harus memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
g.       Kita harus memperhatikan kelangsungan pilihan kata.




KLASIFIKASI KATA BERDASARKAN DIKSI
1.     Denotatif dan Konotatif
a.      Denotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu penegrtian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual.
Contoh :
Dia membeli kambing hitam.
Kolam itu luasnya seratus meter persegi.

b.      Konotatif
Makna konotatif atau sering disebut juga makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluative. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraan atau karangan non ilmiah, seperti : berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain.
Contoh :
Dalam kasus itu, dia dijadikan kambing hitam.
Pikirannya luas sekali terhadap ilmu pengetahuan.

2.     Kata Umum dan Kata Khusus
a.      Kata Umum
Kata umum adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya bersifat umum dan mencakup bidang yang luas.
Contoh :
Hewan.
Tempat wisata.
b.      Kata Khusus
Kata khusus adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu.
Contoh :
Kucing, kelinci, anjing.
Dufan, Taman Mini Indonesia.

3.     Kata Baku dan Kata Tidak Baku
a.      Kata Baku
Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati terbentuk.
Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, hak lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan.
b.      Kata Tidak Baku
Kata tidak baku adalah kata yang tidak mengikuti kaidah bahasa yang berlaku.
Kaidah atau peraturan dalam bahasa Indonesia meliputi:
a.     Buku pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
b.     Kamus Besar Bahasa Indonesia.
c.     Buku tata bahasa baku Bahasa Indonesia.
Contoh:
Baku                                                              Tidak Baku
Apotek                                                            Apotik
Atlet                                                                Atlit
Bus                                                                  Bis
Disahkan                                                         Disyahkan
Mengubah                                                       Merubah

4.     Kata Konkrit dan Kata Abstrak
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca indera disebut kata konkrit.
Contoh : meja, rumah, mobil, air, cantik.
Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap panca indera kata itu disebut kata abstrak.
Contoh : ide, gagasan, angan-angan, kehendak,perdamaian.
Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan-karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkrit mempunyai referensi objek yang dapat diamati. Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan tujuan penulisan. Uraian sebuah konsep biasanya diawali dengan detil yang menggunakan kata abstrak dilanjutkan dengan detil yang menggunakan kata konkrit.
Contoh :
APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen. (kata konkrit)
Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak berwujud atau tidak berbentuk).

5.     Sinonim dan Antonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengkonkritkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.
Contoh :
agung = besar = raya
mati = wafat = meninggal
Antonim  adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonym disebut juga dengan lawan kata.
Contoh :
keras >< lembek
naik >< turun
kaya >< miskin
surga >< neraka
laki-laki >< perempuan
atas >< bawah

6.     Homonim, Homofon, dan Homograf
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya sama.
           Contoh :
-          Bu Andi bisa membuat program perangkat lunak computer dengan berbagai bahasa pemrograman. (bisa = mampu)
-          Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti. (bisa = racun)
Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya berbeda.
Contoh :
-          Guci itu adalah peninggalan masa Kerajaan Kutai. (masa = waktu)
-          Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa. (massa = masyarakat umum)
Homograf adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang beda, dan ejaannya sama.
Contoh :
-          Bapak dia seorang teras pemerintahan yang menjadi tersangka korupsi. (teras = pejabat tinggi)
-          Kami tidur di teras karena kunci rumah dibawa oleh Andi. (teras = bagian rumah)

7.     Polisemi
Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian.
Contoh :
-          Tiap kepala harus membayar upeti kepada Ki Joko. (kepala berarti individu)
-          Kepala anak kecil itu besar karena terkena penyakit hidrosepalus. (kepala berarti bagian tubuh manusia yang ada di atas)


8.     Hipernim dan Hiponim
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Sedangkan hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim. Umumnya kata-kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim merupakan anggota dari kata hipernim.
Contoh :
Hipernim          : ikan
Hiponim           : lumba-lumba, tenggiri, hiu, betook, mujaer, sepat, cere, teri, sarden, pari, mas, nila.

PENERAPAN DIKSI
a.     Kata dan Gagasan
Dalam berkomunikasi, setiap orang menggunakan kata (bahasa). Istilah kata bisa digunakan oleh para tatabahasawan tradisional. Menurut mereka, kata adalah suatu bahasan yang memiliki suatu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi dan mempunyai suatu arti.
Yang paling penting dari rangkaian kata-kata itu adalah pengertian yang tersirat di balik kata-kata yang digunakan. Setiap orang yang terlibat berkomunikasi harus saling memahami atau saling mengerti, baik pembicara maupun pendengar. Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung makna bahwa tiap kata mengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Dengan kata lain, kata adalah media yang digunakan untuk menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain.
Menurut Keraf (2002:21) “Kata-kata ibarat pakaian yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki ‘jiwa’. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui ‘jiwa’, agar ia dapat menggerakkan orang lain dengan ‘jiwa’ dari kata-kata yang dapat digunakannya.”
Kata dengan gagasan mempunyai hubungan ketergantungan, Orang yang mempunyai banyak gagasan pasti mempunyai banyak kata yang dikuasai seseorang, Semakin banyak ide atau gagasan yang bisa diungkapkannya maka orang itu  akan merasa mudah dan lancer berkomunikasi dengan orang lain. Sering kita tidak memahami pembicaraan orang lain, karena kita tidak atau kurang menguasai kata-kata atau gagasan seperti yang dikuasai oleh pembicara.
b.     Diksi dalam kalimat
Diksi dalam kalimat adalah pilihan kata yang tepat untuk ditempatkan dalam kalimat sesuai makna, kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili maksud atau gagasan. Makna kata itu secara lesikal banyak yang sama, tetapi penggunaannya tidak sama. Seperti kata penelitian, penyelidikan. Kata-kata tersebut bersinonim (mempunyai arti yang sama), tetapi tidak bisa ditempatkan dalam kalimat yang sama.
Contoh dalam kalimat :
-          Mahasiswa tingkat akhir harus mengadakan penelitian untuk membuat karya ilmiah sebagai tugas akhir dalam studinya.
-          Penyelidikan kasus penggelapan uang Negara sudah dimulai.
Kedua kata dalam kalimat-kalimat itu tidak bisa ditukar. Seandainya ditukar, tidak akan sesuai sehingga akan membingungkan pendengar atau pembaca.
Dari segi kesopanan, kata mati, meninggal, gugur,  dan wafat dipilih berdasarkan jenis makhluk, tingkat sosial, dan waktu. 
Contoh :
-          Kucing saya mati setelah makan ikan busuk.
-          Ayahnya meninggal tadi malam.
-          Pahlawanku gugur di medan laga.
-          Beliau wafat 1425H.

KESALAHAN DIKSI
Di dalam kenyataan tidak sedikit ditemukan kalimat yang tidak gramatikal yang disebabkan oleh penggunaan kata secara tidak tepat. Di dalam penyusunan kalimat diperlukan kecermatan dalam memilih kata supaya kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik. Bidang pemilihan kata disebut dengan diksi. Jadi kesalahan diksi ini meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan penggunaan kata. Berikut dikemukakan beberapa kesalahan diksi yaitu :
1.      Pemakaian Kata Tidak Tepat
Ada beberapa kata yang digunakan secara tidak tepat. Kata dari atau daripada sering digunakan secara tidak tepat, seperti yang terdapat dalam contoh berikut :
Hasil daripada penjualan saham akan digunakan untuk memperluas bidang usaha.
Kalimat di atas seharusnya tanpa kata daripada karena kata daripada digunakan untuk membandingkan dua hal. Misalnya, tulisan itu lebih baik daripada tulisan saya.
Contoh penggunaan kata yang tidak tepat lainnya adalah sebagai berikut :
-         Sebagian dari kekayaan pengusaha itu diserahkan kepada yayasan yatim piatu.
Kalimat tersebut menggunakan kata yang tidak tepat. Jika kalimat itu diperbaiki maka kalimat yang menggunakan kata yang tepat adalah Sebagian kekayaan pengusaha itu diserahkan kepada yayasan yatim piatu.
-         Anak daripada keluarga yang berdisiplin akan melahirkan generasi yang tangguh.
Kalimat tersebut menggunakan kata yang tidak tepat. Jika kalimat itu diperbaiki maka kalimat yang menggunakan kata yang tepat adalah Anak keluarga yang berdisiplin akan melahirkan generasi yang tangguh.
2.      Penggunaan Kata Berpasangan
Ada sejumlah kata yang penggunaanya berpasangan (disebut juga konjungsi korelatif), seperti baik…, maupun…, bukan..., melainkan..., tidak..., tetapi..., antara..., dan… Di dalam contoh-contoh berikut dikemukakan pemakaian kata berpasangan secara tisak tepat. Di bawah ini ada berapa contoh kalimat yang menggunakan kata berpasangan secara tidak tepat serta kalimat yang telah diperbaiki :
·        Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
-         Baik pedagang maupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
·        Bukan harga sembilan bahan pokok yang mengalami  kenaikan harga tetapi harga produk yang menggunakan bahan baku impor.
-         Bukan harga sembilan bahan pokok yang mengalami  kenaikan, melainkan hasil produksi yang menggunakan bahan baku impor.
  • Sebagian pedagang tidak menaikkan harga melainkan menimbun sebagian barang dagangannya sampai ada ketentuan beberapapersen kenaikan harga dapat dilakukan.
-         Sebagian pedagang tidak menaikkan harga, tetapi menimbun sebagian barang dagangannya sampai ada ketentuan beberapapersen kenaikan harga dapat dilakukan.
  • Antara kemauan konsumen dengan kemauan pedagang terdapat perbedaan dalam penentuan kenaikan harga.
-          Antara kemauan konsumen dan kemauan pedagang terdapat perbedaan dalam penentuan kenaikan harga.



3.      Penggunaan Dua Kata
Di dalam kenyataan terdapat penggunaan dua kata yang makna dan fungsinya kurang lebih sama. Penggunaan dua kata secara serempak ini tidak efisien. Kata-kata yang dipakai secara serempak itu, bahkan pada posisi yang sama, antara lain ialah adalah merupakan, agar supaya, demi untuk, seperti misalnya, atau daftar nama-nama, seperti terlihat seperti contoh di bawah ini,
  • Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia adalah merupakan kewajiban kita semua.
-         Peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia adalah kewajiban kita semua.
  • Agar supaya kita dapat mencapai hasil yang baik marilah kita bermusyawarah dulu.
-         Agar kita dapat mencapai hasil yang baik marilah kita bermusyawarah dulu.
  • Mulai sekarang marilah kita tingkatkan mutu sumber daya manusia kita demi untuk masa depan bangsa Indonesia.
-         Mulai sekarang marilah kita tingkatkan mutu sumber daya manusia kita untuk masa depan bangsa Indonesia.
  • Peningkatan mutu tersebut memerlukan keterlibatan para ahli dalam berbagai bidang ilmu, seperti misalnya ahli kedokteran, ahli pendidikan, ahli komunikasi, dan lain-lain.
-         Peningkatan mutu tersebut memerlukan keterlibatan para ahli dalam berbagai bidang ilmu, misalnya ahli kedokteran, ahli pendidikan, ahli komunikasi, dan lain-lain.
  • Melalui surat ini saya lampirkan daftar nama-nama calon peserta penataran guru.
-         Melalui surat ini saya lampirkan daftar nama calon peserta penataran guru.
-         Melalui surat ini saya lampirkan nama-nama calon peserta penataran guru.

4.      Penghubung Antar kalimat dan kata Maka
Kata maka sering menyertai ungkapan penghubung antar kalimat, seperti sehubungan dengan itu maka, oleh karena itu maka, dengan demikian maka, setelah itu maka, sebagaimana terlihat pada contoh-contoh berikut :
*      Sehubungan dengan itu maka suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulnya terandalkan.
*     Oleh karena itu maka perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi lapangan.
*      Dengan demikian, maka rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
*   Jika demikian, maka peneliti tidak akan menemukan hambatan.
*      Setelah itu, maka peneliti dapat menyusun rencana penelitian tahap berikutnya.
Contoh kalimat-kalimat itu banyak terdapat dalam ragam bahasa lisan. Kata maka pada kalimat-kalimat itu ditiadakan dan digunakan tanda koma karena kata maka tidak menyandang fungsi, atau unsure penghubung antarkalimat itu ditiadakan sehingga kata maka menjadi penghubung antarkalimat, dan susunan kalimat menjadi gramatikal.
*      Sehubungan dengan itu, suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulnya terandalkan.
*      Maka, suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulnya terandalkan.
*     Oleh karena itu, perencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi lapangan.
*     Maka,  perenencanaan penelitian harus disusun berdasarkan observasi lapangan.
*      Dengan demikian, rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
*      Maka, rencana yang disusun dapat dilaksanakan dengan baik.
*   Jika demikian, peneliti tidak akan menemukan hambatan.
*   Maka, peneliti tidak akan menemukan hambatan.
*      Setelah itu, peneliti dapat menyusun rencana penelitian tahap berikutnya.
*      Maka, peneliti dapat menyusun rencana penelitian tahap berikutnya.
Ungkapan penghubung yang mengawali kalimat-kalimat itu adalah unsur penghubung yang menyatakan pertalian dua kalimat seperti pada contoh berikut :
§         Kebanyakan hasil penelitian tidak dapat diandalkan karena terlampau luas cakupan analisanya.
Þ    Sehubungan dengan itu, suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya terandalkan.
Þ    Maka, suatu penelitian harus dibatasi secara jelas supaya simpulannya terandalkan.

5.      Peniadaan Preposisi
Di dalam kenyataan penggunaan bahasa, orang sering meniadakan unsur preposisi yang menyertai verba. Verba yang disertai preposisi itu kebanyakan berupa verba intransitif. Berikut dikemukakan beberapa contoh verba tanpa preposisi.
·        Mereka pergi luar kota beberapa hari yang lalu.
·        Mahasiswa di kelas ini terdiri 20 pria dan 25 wanita.
·        Jumlah itu sesuai keadaan dan fasilitas yang tersedia.
·        Penambahan daya tamping tergantung fasilitas yang tersedia.
·        Kami tertarik kebijakan pimpinan fakultas dalam menangani meluapnya calon mahasiswa baru.
Verba pengisi predikat kalimat-kalimat tersebut perlu dilengkapi dengan preposisi sehingga menjadi lebih jelas pertalian maknanya dan kalimat itu menjadi gramatikal.
-         Mereka pergi ke luar kota beberapa hari yang lalu.
-         Mahasiswa di kelas ini terdiri atas 20 pria dan 25 wanita.
-         Jumlah itu sesuai keadaan dan fasilitas yang tersedia.
-         Penambahan daya tampung tergantung pada fasilitas belajar.
-         Kami tertarik pada kebijakan pemimpin fakultas dalam menangani meluapnya calon mahasiswa baru.
Di samping kelima verba dalam kalimat tersebut, berikut dikemukakan contoh verba berpreposisi. Ada sejumlah preposisi yang dapat ditiadakan (±) dan ada pula sejumlah preposisi yang tidak dapat ditiadakan.
            terbuat dari                                                      jatuh ± di/ke/dari
            terhindar dari                                                   naik ± ke/di
            terlepas ± dari                                                  berdasar pada
            berasal dari                                                      bergantung kepada/di
            terletak di/pada                                                tertarik pada/oleh/dengan/akan
            tergantung pada                                                terpikat oleh/dengan
            (bertempat) tinggal di                                        berbicara tentang/mengenai
            (ber)ada di                                                       cocok ± dengan
            bermukim di                                                     sesuai dengan
            terjun ± di/ke/dalam                                         terdiri atas/dari
tercatat ± di/pada                                             berbeda ± dari/dengan
± Verba itu dalam struktur tertentu tidak disertai proposisi.

1 komentar: